Selasa, 27 November 2018

Tantangan Revolusi Industri 4.0 di Indonesia

Foto bersama Pemateri, Ketua AIPI dan Dekan Sekolah
Pascasarjana UGM, dalam Seminar Nasional
 Tantangan Peneliti Menghadapi Revolusi Industri 4.0.

Seminar Nasional tentang "Tantangan Penelitian Menghadapi Revolusi Industri 4.0; Arti Kemajuan riset dalam karir dosen serta kemajuan sains dan teknologi" yang di selengaran atas kerja sama Sekolah Pascasarja Universitas Gajah Mada dengan Komisi Ilmu Sosial-Akademi Ilmu Pengetahuan Indosia (AIPI), di Lantai 5 gedung sekolah pascasarja.  

Kegiatan ini terdiri dari dua sesi yaitu Seminar dan Kuliah Umum. Sesi pertama Seminar berlangsung dari pukul 8.00-13.00 Wib dengan 4 orang pakar sebagai pemateri; (1) Dr. Ir Jumain Appe, M.Si (Dirjen Penguatan dan Inovasi Kemenristekdikti, (2) Dr. Yudi Drama, S.Si.,M.Si (ITB; Mempersiapkan kegiatan penelitian melalui kolaborasi internasional), (3) Dr.Sc.Agr. Aiyen B Tjoe (Uni Tadulako; Doin Science in Indonesia; Suport and structure reform), (4) Prof.Ir.Achmad Djunaedi,MURP.,Ph,D (UGM; Hubungan smart city dengan industri 4.0). Sedangkan Sesi kedua Kuliah Umum berlangsung pada pukul 13.00-16.00 yang dibawakan oleh dua pemateri yaitu; (1) Ida Fajar Priyanto, Ph.D (UGM; Information Science, keilmuan interdisipliner menjawab persoalan informasi), (2)  Dr. Mardhani Riasetiwan SE,Ak, MT (UGM; Big Data; Peluang Penelitian dan Pengembangan). 

Acara ini dibuka oleh Dekan Sekolah Pascasarja Prof. Ir Siti Malkhamah, M.Sc,Ph.D. dalam sambutannya ibu dekan mengatakan bahwa research sangat penting dalam mendukung pembangunan suatu bangsa. Kondisi Indonesia saat ini, terutama para dosen tidak banyak melakukan penelitian karena  banyak di sibukan dengan kegiatan-kegiatan mengajar dan administrasi yang menghabiskan sebagian besar waktu para dosen. Untuk mengatasi hal tersebut perlu kerja sama antar peneliti untuk melakukan penelitian bersama apalagi untuk menghadapi revolusi industri 4.0. Revolusi industri 4.0 hanya bisa digerakan oleh kaum terpelajar minimal berpendidikan D3 atau S1, tidak bisa di gerakan oleh mereka yang berpendidikan SMA ke bawah. Jadi tugas berat ada pada dosen, kalau dosen nya saja tidak siap mengahadapi revolusi industri 4.0, bagaiman dengan masyarakat kebanyakan? tantangan terberat bangsa Indonesia saat ini adalah bagaimana mengembagkan sumber daya manusia Indonesia yang rendah. SDM Indonesia saat ini, sekitar 70% berpendidikan SMA/SMK ke bawah.  Sumber daya manusia Indonesia saat ini 80% hanya menguasai teorical science sedangkan kita membutuhkan banyak tenaga teknisi untuk mengerakan revolusi industri 4.0 sehingga harus di impor banyak teknisi dari negara lain teruma  dari Cina dan India.  

Dalam kesempatan tersebut sambutan kedua yang disampaikan oleh Ketua Komisis Sosial-  Akademi Ilmu Pengetahuan Indosia (AIPI) Prof Emeritus Mayling Oey-Gardiner,Ph.D. Menjelaskan tentang sejarah organisai AIPI, di dunia organisasi sejenis AIPI pertama kali di dirikan di Inggris pada abat ke 18 dan di Indonesi organisasi ini dirikan oleh Prof BJ. Habibi pada tahun 1990. Organisasi ini bertujuan memberikan masukan tentang perkembangan terbaru dalam ilmu pengetahuan sehingga menjadi pegangan pemerintah dalam mengambil kebijakan pemerintah.

Materi Pertama; Kesiapan Peneliti Menghadapi Revolusi Industri 4.0. 

Materi pertama tentang pengantar Revolusi Industri 4.0 yang dibawakan oleh Prof.Dr. Sofian Effendi Guru Besar Kebijakan Publik Universitas Gajah Mada. Dalam Pengatarnya saat ini Indonesia dengan jumlah penduduk 250 juta orang mempunya peluang untuk berkembang menjadi negara maju dengan memanfaatkan perkembangan teknologi yang ada. Perkembangan masa depan sangat di tentukan oleh perkembangan dan penguasaan teknologi informasi. Menurut Prof Sofian perkembangan Kampus di Indonesia sangat lambat dan belum siap mengahadapi perubahan ini. Karena itu Presiden dalam berbagai kesempatan menyampaikan pesan bahwa dunia kampus harus mereformasi diri sesuai dengan perkembangan yang ada saat ini. Karena keilmuan yang sudah lama tidak cocok lagi dengan perkembangan terjadi. Penggunaan internet yang berkembang saat ini, menyebabkan perubahan yang terjadi sangat cepat  sehingga mengubah berbagai sendi dalam kehidupan manuisa. Perubahan tersebut telah banyak merubah gaya hidup masyarakat sehingga peneliti di tantang utuk harus bisa menyesuaikan perubahan yang terjadi saat ini. 

Bagaimana Perkembangan Revolusi Industri 4.0 

Sejarah perkembangan manusia telah terjadi sangat panjang. Revolusi industri yang pertama adalah Revolusi Industri 1.0 terjadi sekitar abad 18 dimana di temukan teknologi mesin uap yang mendorong transportasi laut, darat dan industri berkembang sangat pesat. Revolusi in merubah kerja manusia dari pertanian dan kerja secara manual sekarang menuju era industri dan mesin. Revolusi Industri 2.0 terjadi pada abat ke 19, di termukan listik yang menyebabkan disuptive sistem transportasi dan industri produksi masal dan sisem berjalan dalam idustri otomitif yang berkembang sangat pesat. Revolusi Industri 3.0 terjadi pada abat 20 di termukan komputer, dimana teknologi digital melahirkan komputer dan semikonduktor yang berdampak luas pada berbagai bidang dalam kehidupan manusia. Dan saat ini kita memasuki Revolusi Industri 4.0 dimana didorong oleh Teknologi Informasi yang berkembang sanagat cepat sehingga menggubah semua gaya hidup manusia dengan cepat. Yang termasuk dalam Industri 4.0 termasuk dalam Internet of thing, Cloud Compoting, Big Data, Artificial Intelligence yang membutuhkan kreativitas dan sumber daya manusia yang baik.   

Bagaimana kesiapan Indonesia mengahadi revolusi Industri 4.0 ? 

Gambar tingkat kesiapan Indonesia menghadapi
revolusi industri 4.0.
(Sumber Materi Seminar Prof.Dr Sofian Effendi, tgl 27-11-2015) 
Menurut Pemateri " Prof Sofian" kesiapan bangsa Indonesia untuk menghadapai Revolusi Industri 4.0 di tingkat ASEAN berada pada posisi Nascent atau pada posisi beginner (pemula) dengan posisi ini Indoneis berada pada kondisi resiko untuk menghadapi masa depan yang gagal dalam industri 4.0. Posisi Indonesia sejajar dengan Vietam dan Kamboja masih tertinggal jauh dari Thailand dan Filiphina yang berada pada posisi Legacy. Sedangkan Sigapura dan Malaysia berada pada tingkat yang lebih siap yaitu berada pada posisi Leading untuk memasuki revolusi industri 4.0.

Agar bangsa Indonesia bisa menyamai posisi Malasysia dan Sigapura kita harus membuthkan kerja keras dari semua pihak. Indonesia membutuhkan 33 langkah untuk   bisa menyamai posisi Singapura dan Malasyia. Kondisi ini merupakan keadaan real yang harus yang terima bahwa kita masih sangat tertinggal di bandingkan dengan negara-negara lain di Asia Tenggara untuk menghadapi revolusi indostri 4.0 

Faktor-Faktor Apa saja yang mempengaruhi kondisi tersebut ?

Faktor-Faktor pendukung revolusi industri 4.0
(Sumber Materi Seminar Prod.Dr Sofian Effendi, tgl 27-11-2015)
Faktor-faktor yang digunakan untuk menilai kesiapan negara dalam menghadapi revolusi industri 4.0. Beberapa faktor tersebut terdiri dari (1) Technology & Innovation (2) Institutional Framework  (3) Human Resource (4) Sustainable Resources (5) Global Trade & Investment (6) Demand Environment .   Jika dibandingkan dengan Singapura indek kesiapan dari faktor teknologi dan inovasi,  Indonesia  berada pada poin 4.02 sedangkan Singapura berada pada poin 7.36 tertinggal sangat jauh dari Singapura. Dari faktor kesiapan institusi kita masih kalah jauh dari Singapura, indek Indonesia (4,59) sedangkan Singapura (9,11), sedangkan dari faktor kesipan sumber daya manusia indeks Indonesia (4,99) sangat redah di bandingkan dengan Singapura (8,00). Untuk itu perlu kerja keras Universitas untuk memperbaiki kondisi ini. 

Apa yang dibutuhkan untuk dilakukan di Indonesia ?

Rengking Kampus di Dunia
(Sumber Materi Seminar Prod.Dr Sofian Effendi, tgl 27-11-2015)
Univesitas memenag peranan penting dalam menghadapi revolusi industri 4.0. Dengan kualitas institusi pendidikan tinggi yang baik akan mampu memproduksi sumber daya manusia yang unggul sehingga mampu menciptakan daya saing sebuah bagsa. Kualitas universitas kita di bandingkan dengan negara-negara di Asia Tenggara kita masih tertinggal jauh di banding dengan Malasyia dan Singapura. Peringkat Universitas di Inonesia berdasarkan data THES 2015, UI berada pada peringkat 310, ITB beradapa pada 400 an dan UGM berada pada peringkat 500 an di Dunia. Jika dibandingkan dengan Universitas di Singapura sudah ada beberapa kampus yang masuk dalam peringkat 50 kanpus terbaik dunia. 

Indonesia karena posisi kita berada pada level pemula dalam industri 4.0, maka langkah yang perlu dan mendesak dilakukan adalah dengan menyiapkan dan membanggun perguruan tinggi yang berkualitas sebagai katalisator untuk membangun industri digital melalui pendidikan, penelitian dan inovasi. Universitas harus merevormasi diri dengan menyiapkan jurusan-jurusan yang sesuai dengan perkembangan saat ini.


Bersambung........... 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar